Interested in what we do?
Let’s have a talk, and see how together we can take your brand to the next level.
Internet of Things (IoT) memang bukan barang lama, apalagi di era revolusi industri 4.0. Tapi apa sih sebetulnya yang perlu diketahui tentang IoT ini? Well, let’s find out!
Pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 ini jumlahnya ada 202,6 juta jiwa, nambah 15,5 persen atau 27 juta jiwa dibandingkan Januari 2020 lalu. Which means, dari total 274,9 juta jiwa, 73,7% di antaranya udah mulai terhubung dengan internet. Itu tandanya, this Internet of Things (IoT) udah jadi sebuah fenomena yang nggak terhindarkan lagi di kehidupan kita sekarang ini.
Why is that so? Ya simple aja. Karena, basically IoT adalah sebuah konsep komputasi yang menghubungkan objek (fisik) di sekitar kita ke internet dan bisa meng-identify objek tersebut to other devices. Makanya, hal ini nggak cuma berpengaruh pada cara kita bekerja aja, tapi juga bagaimana cara kita menjalani kehidupan sehari-hari, bahkan juga mempengaruhi lifestyle kita.
Contoh paling gampangnya bisa Anda lihat dari penggunaan Quick Responses (QR) code; di mana saat ini juga udah banyak banget digunakan di berbagai tempat hangout untuk menampilkan menu makanan dan minuman yang mereka suguhkan, Radio Frequency Identification (RFID) yang (biasanya) berupa microchip di dalam smartphone Anda yang digunakan untuk fitur find my phone, dan lain sebagainya.
Dari kedua contoh itu aja udah ketauan kalau peran IoT dalam bidang komunikasi punya manfaat yang sangat signifikan. Belum lagi di bidang-bidang lain dalam kehidupan kita yang juga tanpa kita sadari ternyata udah menggunakan teknologi IoT. But before we jump right to it, gimana kalau kita bedah dulu unsur-unsur dan prinsip kerja dari Internet of Things supaya bisa lebih clear ketika kita ngomongin manfaatnya later on.
Baca juga: Digital Transformation di Era New Normal
Secara garis besar, IoT harus punya unsur-unsur seperti: artificial intelligence, konektivitas, perangkat ukuran kecil, sensor, dan penggunaan aktif.
Bisa dibilang, IoT ini merupakan bahasa pemrograman yang disusun sampai dia berbentuk algoritma. Bahasa pemrograman tersebut kemudian dikembangkan oleh developernya jadi program yang interaktif antara pengguna dan penyedia. Si penyedia di sini adalah pihak yang membangun program algoritma tersebut, hingga kalau pengguna butuh jawaban atau layanan, penyedia udah tau apa aja yang biasanya ditanyakan, dicari, maupun bentuk service-nya.
Gampangnya adalah Google. Orang cari jawaban lewat search engine, lalu Google keluarkan jawaban terkait yang dicari untuk dipilih. Atau misalnya ketika Anda mau menginap di hotel di luar kota, lalu mencari di aplikasi travel: cari, pesan, bayar, inap.
Ya, pada dasarnya cara ini dibentuk dari masalah-masalah yang dihadapi manusia, tapi dapat dikendalikan secara otomatis. Therefore, yang jadi faktor terpenting dari jalannya program tersebut terletak pada jaringan internet (konektivitas) yang menjadi penghubung antar sistem dan hardware. Sementara itu, hardware or devices (things) yang digunakan berperan sebagai pengumpul dan pengirim data ke internet. Sedangkan tugas utama dari manusianya adalah menjadi pengawas untuk monitoring setiap tindakan dan perilaku dari mesin saat bekerja. Nah, dari hal ini, kita bisa mulai masuk untuk nge-breakdown prinsip-prinsip kerja dari Internet of Things, nih.
Karena faktor utama dari hal ini terletak di antara konektivitas dan hardware/devices-nya, ada tujuh prinsip dasar yang menjadi penopang dari cara kerja si Internet of Things.
Kalau Big Data adalah sebuah himpunan data yang lebih besar dan kompleks yang didapat dari sumber data yang baru, Big Analog Data lebih mengacu kepada sumber data yang sifatnya alami, semacam signal, radio waves, lights, vibration, temperature, dan lain-lain, yang mana hal tersebut dapat dihasilkan oleh perangkat elektronik.
Karena sifatnya lebih primer ketimbang Big Data, otomatis hal ini jadi prinsip yang paling diperlukan dalam Internet of Things.
In this case, Anda memerlukan perangkat yang selalu terhubung dengan internet. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan tiga manfaat utama (apalagi untuk bisnis Anda) dari Internet of Things:
Real-time yang dimaksud dalam IoT bukan seperti data yang didapat in the exact moment atau kayak berkomunikasi langsung sama konsumen Anda. Nope! Jadi, real-time yang dimaksud dalam IoT itu kayak gini, nih:
Coba bayangkan kalau ada kebakaran di rumah Anda, atau ada maling yang ketangkap oleh sensor alarm rumah Anda. Nah, alarm itu pasti bakalan langsung berbunyi in split seconds setelah sensor pada alarm menangkap asap kebakaran/gerakan si maling itu kan? Apalagi kalau alarm itu juga nyambung ke internet dan terhubung ke kantor damkar atau kantor polisi (kayak di film-film action gitu).
Dari sesaat setelah perangkat (alarm) tersebut bereaksi, yang mana hal tersebut lebih mengacu kepada Anda sendiri untuk melakukan tindakan awal, data dari perangkat tersebut kemudian akan diketahui oleh pihak yang terhubung dengannya melalui internet, which is damkar or polisi, agar kemudian mereka segera mengambil tindakan. Inilah yang dimaksud dengan real-time dalam Internet of Things.
‘Spectrum of insight’ atau ‘gambaran wawasan’ ini berasal dari data IoT yang berkaitan dengan lima fase data flow: real-time, in motion (pergerakan), early life (waktu awal), at rest (saat istirahat), dan archive.
Mengacu pada poin sebelumnya, empat hal di atas; real-time, in motion, early life, dan at rest ini penting banget perannya buat mendapatkan dan juga menentukan respon langsung dari pusat kontrol (again, mengacu pada poin sebelumnya, pusat kontrol yang dimaksud adalah damkar atau kantor polisi).
Sementara itu, at the other end of this ‘spectrum’, data yang diarsipkan di pusat data/cloud dapat digunakan untuk analisis komparatif terhadap data yang lebih baru.
Perangkat keras dan kemajuan IoT ini hubungannya bakalan selalu berputar dalam siklus kecepatan dan kedalaman yang akan kita dapatkan. Contohnya, Anda bisa mendapatkan sebuah analitik, bahkan yang belum sempurna sekalipun, secara langsung, seperti perbandingan suhu atau laporan cuaca yang memprediksi bahwa hujan di hari esok akan disertai petir dan sebagainya.
Di sisi lain, dalam hal ini, time (waktu) juga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan sebuah insight (wawasan) secara mendalam terkait suatu data untuk dihimpun dan dianalisis melalui berbagai perangkat, termasuk juga back-end.
Seperti yang disebutkan di atas, untuk mendapatkan wawasan secara mendalam di kurun waktu yang cepat itu nggak gampang (bahkan kemungkinan untuk mendapatkan keduanya di saat yang bersamaan itu terbilang kecil).
Nah, dorongan untuk mendapatkan wawasan mendalam pada waktu yang cepat ini akan menghasilkan sebuah komputasi canggih dan juga analisis data (yang biasanya disediakan untuk cloud atau pusat data), yang membuat kedua hal tersebut bergerak ke arah kiri (shift left) dari solusi infrastruktur IoT.
Ini artinya, komputasi yang mendalam akan diposisikan lebih dekat dengan sumber data, yaitu pada titik data acquisition and accumulation dalam sensor, serta network gateways.
Big Data punya hubungan erat dengan inisial ‘V’, yaitu volume, velocity, variety, value, termasuk the next ‘V’ yang dimaksud, visibility. Dari semua data yang telah dihimpun menjadi Big Data, para ilmuwan data harus bisa melihatnya dan juga mengaksesnya sesuai dengan kebutuhan.
Visibility di sini juga mengacu pada kemudahan yang ditawarkan yang membuat penggunanya nggak perlu repot-repot untuk mentransfer sejumlah data yang besar ke orang lain maupun ke tempat lain yang berjarak jauh.
Contoh paling gampangnya ketika Anda harus memberikan sejumlah dokumen penting ke rekan kerja Anda yang, let’s say, lagi berada di Cape Town. Anda nggak perlu ngeprint ratusan halaman dokumen, dan mengirimkannya pake Tiki dan sebagainya, di mana Anda bisa mengirimkan semua itu lewat WeTransfer aja, dan dokumen-dokumen tersebut bisa langsung didownload dan diakses oleh rekan kerja Anda. Hemat tenaga, hemat biaya, dan tentunya juga hemat waktu.
Dari semua unsur dan prinsip IoT yang dijabarkan di atas aja udah keliatan bahwa hal ini sangat amat membantu dan mempermudah kita dalam melakukan dan menyelesaikan pekerjaan serta kebutuhan kita sehari-hari.
Kendala yang masih mungkin dihadapi dalam membangun IoT adalah sumber-dayanya yang cukup makan biaya, konsep jaringannya kompleks, biaya development-nya mahal, dan butuh infrastruktur dengan coverage yang luas. Tapi bakalan setimpal kalau IoT sudah jadi kebutuhan primer seperti saat ini.
Well, emangnya se-primer apa sih?
Nih, coba aja Anda simak bidang-bidang usaha yang udah merasakan manfaat dari IoT:
Pernah ngecek detak jantung, ukur kadar gula tubuh, cek suhu tubuh, dengan menggunakan aplikasi kesehatan di smartphone Anda? Yep, itu merupakan salah satu inovasi IoT dalam mengembangkan mesin dan alat medis yang mendukung kinerja tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko kesalahan. Bahkan sistem antrian pasien dan konsultasi online pun udah banyak banget tersedia untuk memudahkan pasien berkunjung atau berkonsultasi ke rumah sakit.
Polusi atau pencemaran, pemborosan, dan berkurangnya pasokan sumber daya, adalah dampak dari pemanfaatan energi. Nah, si IoT ini bisa membantu mengurangi risiko-risiko tersebut. Misalnya penerapan sensor cahaya untuk mengurangi penggunaan energi listrik. Ada juga aplikasi pengukur emisi untuk mengetahui gas buang kendaraan, dan lain-lain.
Jangan coba-coba berkendara melebihi batas kecepatan yang ditentukan. Atau diam-diam melanggar lalu lintas tanpa sepengetahuan Polantas. Tiba-tiba saat perpanjangan SIM, Anda dihadapi oleh surat-surat tilang yang Anda sendiri lupa kapan pernah melanggarnya. Di lain kasus, mobil Tesla sempat memunculkan sistem kendali mandiri mirip autopilot, tapi masih harus butuh penyempurnaan. Artinya, IoT sebenarnya udah masuk dalam ranah transportasi tanpa disadari oleh kita.
Di China, pemindaian wajah udah dipasang di tiap CCTV. Kalau seseorang lakukan tindak kejahatan lalu terekam kamera, wajah pelaku bisa dengan mudah dikenali dengan penargetan wajah yang terhubung oleh identitas penduduk. Bahkan data kependudukan dan demografis wilayah bisa terpetakan dengan baik berkat input data yang kemudian dijadikan algoritma IoT.
Last but not least, salah satu yang mendapatkan impact paling besar dari perkembangan IoT adalah sektor bisnis. Berasa banget kan gimana pandemi ini mengubah behavior orang dalam mengonsumsi, berinteraksi, bahkan melakukan pekerjaannya secara signifikan?
Coba bayangkan kalau pandemi ini terjadi di era analog, di mana Internet of Things masih jadi angan-angan dan wacana aja. Kebayang nggak repotnya kayak apa? Bisa jadi bukan cuma sektor kesehatan aja yang ambruk, tapi juga sektor bisnis dan ekonomi di dunia bisa jadi mati total.
Nah, dengan perubahan behavior orang-orang dalam menikmati suatu produk, yang tadinya mereka menikmati berbagai hal secara physical tapi sekarang udah beralih ke digital, bisnis Anda pun pasti akan lebih menguntungkan kalau Anda punya website yang canggih, yang bisa Anda jadikan one-stop-shop untuk pelanggan (baru) Anda!
Kayak apa sih emangnya website yang canggih, tuh? Terus gimana cara bikinnya? Tenang, kalau untuk hal itu sih nggak usah terlalu dipikirin. Langsung aja japri kita di whatsapp dan ngobrol-ngobrol lebih jauh tentang website dan pemanfaatan Internet of Things ini buat ngedongkrak bisnis Anda. Pasti kita akan kita bantu dengan senang hati, kok!
Writer: Bimo Gadabima