Interested in what we do?
Let’s have a talk, and see how together we can take your brand to the next level.
Ada tujuh faktor utama dalam user experience design yang harus Anda penuhi supaya bisa bikin user jatuh cinta dan setia sama brand Anda.
“Experience is the best teacher, but user experience is the greatest game changer.” -Bob Marley, 2014
Lol, no, tentunya itu quote bohongan. Tapi yang nggak bohong adalah user experience memang bisa jadi penentu kesuksesan di pasaran. Basically, UX design bertujuan untuk memberikan user sebuah pengalaman yang relevan dan meaningful ketika mereka menggunakan produk Anda. And it means everything to them, and subsequently to your business (ROI 9.900% cuy!).
Uncle Bob Marley aja paham akan manfaat dan pentingnya UX. Anda juga harus, dong…
Ada beberapa faktor yang memengaruhi user experience. Sebelumnya kita udah bahas sekian hal yang menunjang kesuksesan design UX, seperti user persona, wireframing, user testing, dan lain-lain. Silakan diklik kalau belum baca ya! Tapi kali ini, kita akan bahas pengalaman pengguna on a higher level. Kalau diibaratkan membangun rumah, kita nggak akan lihat cara terbaik untuk menyusun bata dan genting nih, tapi lebih ke hal-hal yang bisa bikin tempat tinggal Anda nyaman. Apa aja sih faktor-faktornya?
Kalau menurut Peter Morville, ada tujuh hal yang penting untuk dipenuhi dalam user experience design: useful, usable, desirable, findable, accessible, credible, dan valuable. Buat Anda yang belum familiar, Morville adalah designer dan information architect yang sudah berkecimpung di dunia ini sejak 1,5 dekade sebelum berdirinya Definite. Wow. Kalau tertarik, Anda bisa cek langsung penjelasan Morville tentang ketujuh faktor yang dimaksud di sini. Tapi yakin deh kalau penjelasan kami berikut akan lebih mudah dimengerti he he he.
Saat memperluas bidang keahliannya dari IA ke UX, designer yang sempat memegang jabatan tinggi di perusahaan-perusahaan te-o-pe seperti Google dan Gopher ini merasa diagram tiga roda context-content-users a la information architecture (gambar di bawah) cukup membantu saat dibawa ke ranah user experience. Tapi ternyata itu saja nggak cukup.
Circular love-triangle dalam user experience ala Peter Morville.
Akhirnya, dia buat diagram baru yang berbentuk seperti sarang lebah untuk ngebantu klien memahami kenapa UX nggak bisa lagi hanya berfokus pada usability. Dan terbukti kalau buah pikiran Morville ini menghasilkan madu tanpa racun di tangan kirinya (eaa). Praktisi UX di mana-mana sampai sekarang masih menganggap kalau diagram ini relevan untuk jelasin faktor yang memengaruhi user experience. Coba aja deh Googling “Morville’s Honeycomb.”
7 faktor utama yang memengaruhi user experience design dalam Morville’s Honeycomb.
Nah, seperti yang bisa Anda lihat dalam diagram di atas, faktor pertama adalah useful. Jelas produk yang Anda tawarkan harus mempunyai kegunaan yang membedakannya dari kompetitor di pasar. “Sebagai praktisi, kita tidak bisa puas melukis di antara garis-garis yang digambarkan para manajer. Kita harus berani dan kreatif untuk melihat apakah produk dan sistem kita berguna, dan menggunakan pengetahuan keterampilan dan medium kita untuk membuat solusi yang lebih useful.”
Begitu kata Morville. Tapi kalau Anda bingung maksudnya bagaimana, kami lebih suka menginterpretasikannya begini: produk Anda harus dibuat dengan dasar untuk menjawab kebutuhan pengguna, bukan “sekadar ada.” Misalnya, kalau Anda mau buat platform eCommerce, jangan cuma karena Anda (atau bos dan manajer Anda) tergiur kesuksesan Tokopedia atau melihat peluang di tengah pandemi yang memaksa orang untuk stay at home dan belanja lewat smartphone-nya. Tapi produk Anda pun harus menjawab apa yang dibutuhkan user di tengah kondisi ini.
Hal apa yang dibutuhin orang-orang di tengah isolasi dan nggak didapatkan dari Tokopedia? Kalau Anda menjawab demand itu dengan produk Anda, kemungkinan experience yang Anda tawarkan pun bisa bersaing dengan platform yang udah ada. Atau malah, bisa jadi produk yang mestinya Anda buat bahkan bukan eCommerce, melainkan sesuatu yang entirely different untuk coexist dengan platform lain. Who knows?
Soal menjawab kebutuhan users, Anda bisa baca juga artikel kami yang udah bahas tuntas seputar design thinking.
Selain berguna, tentu saja produk Anda harus bisa digunakan, dong. Usable di sini artinya bukan hanya bisa berfungsi, tapi bisa difungsikan dengan mudah. Di sinilah hal-hal teknis seperti wireframing dan lain-lain yang kami sebut di atas memegang peran penting. Ini berguna untuk memastikan UX design yang Anda buat bisa memfasilitasi user untuk memenuhi goals-nya dengan efektif dan efisien saat menggunakan produk Anda.
Contoh ngeselinnya begini: Katakanlah, Anda bikin aplikasi yang bisa mengubah mobil siapapun jadi taksi dengan cara tracking lokasi dan mengonversi jarak tempuh menjadi tarif (Swiper, jangan curi ide kami). Berguna banget kan kalau harus nebeng orang saat kendaraan Anda mogok di tempat yang susah transportasi umum. Tapi aplikasinya cuma bisa digunakan kalau terhubung ke wi-fi. Lah piye? Diketawain deh sama Gojek dan Grab.
Mungkin aplikasi ini usable buat Anda yang udah pegel ditawari pulang bareng melulu sama secret admirer di kantor (ya udah ayo pulang bareng tapi gue bayar argo lo jadi jangan ngarep xixi). Entahlah, jangan anggap contoh ini terlalu serius, tapi intinya percuma menawarkan kegunaan kalau nggak dibarengi kemudahan untuk digunakan.
IRL, kasus yang bisa terjadi mungkin Anda bikin aplikasi transportasi yang fiturnya udah keren banget tapi pengguna harus menu-diving sedalam samudra cuma untuk pesan kendaraannya. Kalau begitu kasusnya, berarti UX design Anda nggak efektif sehingga produknya jadi nggak usable.
Seputar hal ini, feel free untuk baca artikel kami sebelumnya tentang usability testing ini ya!
Pernah nggak Anda suka banget sama konten berita dari salah satu media digital, tapi kesel setiap kali buka situsnya karena kebanyakan iklan? Belum lagi, tombol ‘close ad’ di setiap panelnya lebih kecil daripada semut yang belum makan tujuh tahun. Selain bikin website itu nggak usable, tampilan yang “jorok” itu juga berpotensi membuatnya jadi nggak desirable jika dibandingkan dengan kompetitor yang menawarkan clean look.
Malah, bisa jadi produk yang Anda buat sudah useful dan usable, tapi tetap nggak menarik untuk digunakan karena nggak desirable. Kita manusia adalah makhluk emosional, dan design adalah soal perasaan. “Usaha kita menciptakan efisiensi harus dilengkapi apresiasi akan kekuatan dan nilai citra, identitas, brand, dan elemen lain dari emotional design,” kata Morville.
Ibaratnya kaya design mobil Ferarri yang nggak cuma mantap dari sisi looks-nya aja, tapi juga ngasih experience yang gokil banget buat pengemudinya.
Artinya begini: Fiat dan Ferrari punya hubungan yang erat dan keduanya membuat produk yang useful dan usable, sebagaimana mobil-mobil lainnya yang ada di pasaran. But driving a 550 Maranello? That’s an experience some of us just wouldn’t forget. Performa mesin mantap, interior mewah, dibalut kesan prestise Si Kuda Jingkrak bikin mobil ini lebih desirable.
Dalam produk digital, among many things, membuat user experience yang desirable bisa berkaitan dengan user interface yang cakep, sampai dengan marketing efforts yang pol. So be sure to check them out!
Kalau produk Anda udah useful, usable, desirable, tapi nggak bisa ditemukan dengan mudah, lalu buat apa? Ini mungkin saja terjadi ketika Anda membuat website yang alamatnya sepanjang jalan kenangan sehingga susah diingat (atau bahkan dituliskan di address bar), atau sama sekali nggak berhubungan dengan brand Anda.
Lebih dari itu, findable dalam user experience juga berkaitan dengan konten yang ada dalam produk Anda. Ini sih pasti udah jadi makanan sehari-hari UX designer Anda, terlepas ia familiar dengan Peter Morville atau nggak. Setiap informasi yang ada harus dibuat sedemikian rupa sehingga berada dalam posisi yang logis dan mudah ditemukan.
Apa jadinya kalau koran langganan Anda nggak terbagi-bagi ke dalam rubrik seperti berita nasional, internasional, hiburan, olahraga, dan lain-lain? Mungkin nasibnya hanya akan jadi kertas bungkus gorengan (not recommended btw, kandungannya bahaya buat makanan!).
Untuk memastikan UX Anda findable sekaligus useful dan usable, silakan mulai dengan mempelajari user journey mapping lebih lanjut!
Ngaku deh pengguna iPhone jadul, siapa yang pakai fitur AssistiveTouch supaya tombol home-nya nggak cepat jebol? Pernah terpikir nggak kenapa fitur ini adanya di section Accessibility? Ya, karena sebenarnya hal ini ditujukan buat membantu orang-orang yang punya masalah dengan kemampuan motoriknya.
Fitur AssistiveTouch di iPhone yang bisa mempermudah user-nya untuk mengakses fitur-fitur lain yang tersedia dalam smartphone tersebut.
It’s always a good thing to have inclusive products. Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional 2018, ada 14,2 persen penduduk Indonesia yang menyandang disabilitas atau setara 30,38 juta jiwa. Jadi jangan pikir mendesain UX untuk aksesibilitas hanya buang-buang resources. Tapi jangan lupa juga kalau produk Anda bukan hanya harus mudah digunakan penyandang disabilitas, tapi accessible untuk semua user.
“Sebagaimana gedung-gedung mempunyai lift dan jalur landai, situs web kita harus bisa diakses oleh penyandang disabilitas. Saat ini, hal tersebut punya dampak yang bagus untuk bisnis, dan (yang terpenting -red) merupakan hal yang etis. Pada akhirnya, hal ini akan diwajibkan oleh hukum,” kata Morville.
Kami belum pernah bahas lebih dalam tentang hal ini, tapi Anda bisa cek blog post ini untuk mengetahui lebih lanjut. And let us know kalau Anda ingin tahu bagaimana kami mendesain UX yang memenuhi faktor ini!
Seperti kesan pertama, kredibilitas juga penting banget buat memastikan user experience yang memuaskan. Pasar digital semakin hari semakin crowded, sehingga mudah aja buat user untuk cari alternatif lain kalau desain Anda nggak bikin mereka merasa percaya sama brand Anda. Lagi pula, secara umum, kita cuma ingin berhubungan dengan orang-orang yang bisa kita percaya, yakhan?
Memang selama ini kita selalu dengar don’t judge book by its cover. But designing is all about the cover. Itu kan fungsinya sampul buku–untuk menggambarkan isi tanpa harus melihat setiap halaman yang ada di dalamnya. Ketika desainnya credible, pengguna pun kemungkinan akan percaya dengan kontennya.
Dalam konteks website, ada beberapa hal yang bisa memengaruhi faktor ini, di antaranya adalah logo perusahaan, navigation bar, kotak pencarian, gambar utama yang ada di situs, konten tertulis, hingga bagian bawah dari situs. Saat prankster, scammer, dan email dari pangeran Nigeria memenuhi keseharian Anda di dunia digital, penting banget buat bikin UX design yang credible untuk memberikan ruang nyaman buat user.
Satu hal yang menurut kami juga berpengaruh dalam membangun kepercayaan pengguna adalah performa. Untuk bisa dipercaya, tentunya harus bisa diandalkan, dong. For starters, Anda bisa ikuti guide kami untuk mempercepat website atau aplikasi Anda agar produk terkesan lebih kredibel.
To the center of the diagram! “Situs kita harus memberikan value untuk para sponsor. Untuk organisasi non-profit, pengalaman pengguna harus memajukan misi. Untuk organisasi for-profit, desainnya harus berkontribusi pada tujuan utama dan meningkatkan kepuasan pengguna,” kata Morville.
Sebagai bisnis, intinya UX design Anda harus menghasilkan cuan! Contoh mudahnya, ketika Anda mendesain sebuah platform niaga atau product section perusahaan Anda, buatlah layout dan journey yang memudahkan user untuk mengambil purchasing decisions dan membuat pembelian. Kalau pengguna udah tertarik buat beli tapi kesulitan untuk melangkah lebih lanjut, bisa jadi dia akan move on dan cari alternatif lain.
Selain itu, tentunya produk itu sendiri harus memberikan value untuk user. Value ini adalah salah satu penentu saat pengguna menentukan pilihan. Kecuali para sultan (don’t know, can’t relate), Anda pun pasti ingin produk murah yang bisa menyelesaikan masalah serius alih-alih produk mahal yang cuma bisa mengatasi masalah sepele kan?
Soal purchasing decisions dan memudahkan pengguna melakukan pembelian, Anda bisa mulai dengan membuat customer journey mapping yang sudah kami bahas sebelumnya.
Bukan cuma sekadar soal fungsi dan kemudahan, tapi tujuh faktor yang memengaruhi user experience ini penting banget buat bikin produk Anda bersaing di pasaran. Peter Morville udah mengemukakan konsep ini sejak 2004, and chances are, udah banyak banget UX designer di luar sana yang mengadopsinya. Jadi jangan tunggu lebih lama lagi. Kami udah kasih link artikel yang bisa Anda ikuti di setiap faktornya untuk mulai dari sekarang, dan Anda bisa explore lebih jauh di blog kami untuk melihat tips-tips lainnya.
Kami selalu mencoba memenuhi ketujuh faktor ini saat mendesain user experience. Jadi, kalau Anda butuh satu tim yang fresh dan siap membantu bisnis Anda menyajikan pengalaman terbaik buat pengguna, langsung chat aja dan kita bisa duduk bareng kapanpun Anda siap!
Credits:
Writer:
Rinaldy Sofwan