Interested in what we do?
Let’s have a talk, and see how together we can take your brand to the next level.
Salah satu strategi digital marketing paling ampuh adalah dengan memahami audiens Anda. Dan berikut ini adalah cara-cara yang bisa Anda adaptasikan untuk melakukan itu supaya bisnis makin cuan!
Dalam segala kegiatan bisnis, kita memang harus selalu nge-set target audiens. Tapi kalau sekedar menargetkan aja, bisa-bisa strategi digital marketing yang diterapkan untuk approach audiens kita malah nggak optimal. That is why kita juga perlu memahami audiens yang udah di-set dari awal.
Masalahnya, dalam perkembangan teknologi digital yang super masif ini, behaviour mereka pun sangat cepat berubahnya. Akibatnya, cara untuk berinteraksi, memahami, dan mengelola audiens juga nggak semudah itu, Ferguso… Ada beberapa cara yang bisa Anda adaptasikan supaya “pdkt” dengan mereka lebih lancar!
Coba bayangkan kalau Anda adalah seorang properti developer yang menjual rumah tiga tingkat di daerah Menteng. Nggak mungkin kan kalau dengan produk seperti itu, Anda melakukan digital campaign untuk audiens di usia 20-an awal, dimana mereka mungkin baru memulai karirnya, apalagi kalau domisilinya di sekitar pemukiman padat.
Akan lebih tepat kalau yang dituju adalah audiens di usia 40-an, dimana most of them udah berada di puncak karirnya untuk beberapa periode, yang memungkinkan kalau mereka juga punya aset untuk membeli produk Anda dan memiliki kebutuhan yang cocok dengan apa yang Anda tawarkan: rumah yang nyaman di daerah Menteng.
Jadi, apapun produk yang dijual, Anda juga harus tau audiens mana yang relevan dengan produk tersebut. Supaya Anda bisa menyiapkan campaign yang nggak salah sasaran.
Terus, untuk mengetahui secara teknis terkait rekam jejak target audiens yang diinginkan, Anda bisa banget menggunakan Google Analytics, atau dengan melihat statistik/algoritma di akun sosial media. Dari situ, Anda bisa menyesuaikan campaign yang akan dilakukan dengan behaviour dan activity mereka di dunia digital. Jadi digital marketing yang dilakukan nantinya bisa lebih efisien.
Kalau di langkah pertama udah ngomongin cara virtual, sekarang Anda coba memahami audiens yang ditargetkan dengan cara aktual. Well, emang bakalan lebih akurat dengan data-data Kuantitatif, sih. Karena dengan data-data tersebut, informasi yang bisa didapat mengenai kebiasaan dan kegemaran audiens kita bakalan lebih akurat. Tapi kalau emang waktu dan resource-nya nggak memungkinkan, cara aktual juga bisa membantu Anda.
Nggak usah jauh-jauh, dimulai dari lingkungan sekitar aja dulu. Coba tanya rekan-rekan di kantor, anggota keluarga, sahabat terdekat, dan teman-teman lainnya, kira-kira produk Anda cocok untuk segmen pasar yang seperti apa.
Bisa dari segi demografis, usia, pekerjaan, minat, history, atau bahkan dari semua hal tersebut. Anda juga bisa meminta opini dan bertanya pada mereka, apa yang sekiranya membuat orang tertarik pada produk Anda, siapa aja yang berpotensi untuk membeli produk Anda, kenapa mereka memilih produk Anda, dan lain sebagainya.
Setelah itu, Anda bisa menyesuaikan data-data tersebut dengan data yang didapat dari cara virtual sebelumnya. Dari situ, audiens yang paling relevan dengan produk Anda akan mulai terlihat, dan Anda bisa mulai menyesuaikan strategi campaign yang akan dilakukan.
Misalnya, Anda adalah seorang property developer yang menyewakan rumah dengan harga yang nggak terlalu mahal di sekitar daerah perkantoran. Dari data survei secara aktual yang didapat, 80% menyatakan bahwa segmen audiens yang berada di kisaran usia 20-an, tinggal di kota besar, sedang mengawali karirnya, dan berminat untuk mencari tempat tinggal sendiri, lebih berpotensi untuk menyewa property Anda, karena harga dan manfaat yang ditawarkan sesuai dengan keadaan mereka juga.
Setelah belajar memahami audiens dari dua media yang berbeda, sekarang saatnya mempelajari audiens dari ranah kompetitor Anda. Cari tau apa yang bikin konsumen tertarik untuk menggunakan produk mereka, bagaimana cara kompetitor memasarkan produknya yang serupa dengan Anda, apa aja media yang digunakan dalam digital marketing, dan lain-lain.
Kalau menemukan cara berbeda dengan cara yang sudah Anda terapkan dan berhasil mendapatkan target audiens serupa yang diinginkan, Anda bisa mengadopsi dan mengadaptasikan cara tersebut untuk kemudian dikembangkan dengan cara Anda sendiri.
Contohnya ketika kompetitor melakukan campaign dengan cara mengedepankan experience yang bisa didapat oleh konsumen saat menggunakan produknya, sementara campaign yang Anda biasa terapkan mengutamakan kualitas produk.
Jika ternyata “gimmick” milik kompetitor terbukti bisa lebih banyak mendapatkan perhatian konsumen. Artinya cara yang digunakan oleh mereka lebih relevan dengan target audiensnya. Dari situ, Anda bisa mempelajari bagaimana cara melakukan hal tersebut, dan mulai menyusun strategi campaign a la Anda sendiri.
Cara ini bisa digunakan dalam digital marketing untuk mendatangkan traffic secara organik ke website Anda. Dengan menggunakan keywords yang sesuai, Anda jadi bisa tau mana audiens yang memang relevan dengan konten/campaign yang sedang berjalan.
Kalaupun nantinya data dari Google Analytics menunjukan bahwa campaign tersebut nggak berhasil mendapatkan perhatian dari audiens yang ditargetkan, Anda bisa melakukan evaluasi dari kesalahan yang terjadi. (another win-win solution…)
Contohnya kayak waktu kita bikin SEO content untuk Momobil. Pada awalnya, mereka mendapatkan traffic pengunjung yang cukup meroket dari bulan April – Juli 2017. Tapi semenjak itu hingga satu tahun ke depannya (Juli 2018), traffic-nya mulai merosot pelan-pelan. Sampai akhirnya, kita bantu mereka dari Agustus 2018 – Februari 2019 buat mendongkrak traffic-nya lagi lewat konten-konten yang kita bikin.
Misalnya, ketika mereka melakukan campaign dengan konten yang menggunakan keywords “Mesin Mobil yang Tahan Banting”. Berdasarkan data dari Google Analytics (again), campaign tersebut nggak mencapai goals yang diinginkan, karena audiens yang dituju lebih tertarik dengan informasi yang menjelaskan experience ketimbang kualitas.
Dari hasil evaluasi yang didapat, Akhirnya Kami bisa menyesuaikan konten-konten yang akan dibuat selanjutnya dengan keywords yang lebih sesuai untuk menarik perhatian audiens yang ditargetkan, seperti “Mesin Mobil yang Awet dan Bikin Nyaman”.
Session traffic Momobil dari bulan Januari 2017 – Desember 2018.
Dari situ pun, kegiatan produksi para kreator konten bisa disesuaikan dengan data perilaku pengguna internet atau media sosial. Selain informatif, menghibur dan sesuai SEO, konten yang dibikin juga mesti punya kemampuan memancing interaksi audiens dan berpotensi viral. Ya, atau bisa juga memanfaatkan jasa para buzzer kalau ingin konten lebih meroket lagi.
Itu baru empat cara general yang bisa dilakukan untuk memahami audiens Anda dalam digital marketing. Nah, kalau menurut Head of Analytics Definite, Ramdhani Rakhmat, alias Mz Dhani, ada dua langkah yang lebih spesifik yang biasanya dilakukan di sini untuk hal tersebut, “langkah pertama untuk memahami target audiens adalah dengan membuat market research, gather secondary data using tools, quantitative survey, atau conduct interview.”
“Langkah kedua setelah punya data hasil riset tersebut, adalah menentukan user persona, dengan cara membuat sosok figur dan habit-nya. Dari situ nanti ditentukan apakah akan di-valuasi dalam bentuk attract, engage, atau convert. Kalau kedua langkah ini udah berhasil dilakukan, impact dari strategi digital marketing yang (akan) dijalankan akan makin besar.”
Intinya, Anda harus benar-benar paham dengan target audiens yang disasar supaya bisa jadi potential buyers, dan yang terpenting Anda harus bisa terus melakukan iterasi dari insight data yang sudah diperoleh.
Selalu ada cara kok untuk memahami dan menggandeng audiens yang Anda inginkan. Tapi kalau Anda merasa masih memerlukan bantuan untuk melakukan itu, langsung hubungi kami aja, yes!
Credits:
Resource:
Ramdhani Rakhmat, Head of Analytics Definite
Writer:
Bimo Gadabima