Interested in what we do?
Let’s have a talk, and see how together we can take your brand to the next level.
Interaction Design merupakan salah satu komponen dalam payung besar UX yang bisa banget Anda manfaatkan untuk ningkatin conversion rate. Tapi sebelum Anda mengaplikasikannya, pahami dulu hal yang satu ini supaya penggunaannya bisa efisien.
Tujuan utama dari digital marketing pastinya untuk bikin bisnis Anda makin cuan. Terkait hal tersebut, ada berbagai cara yang bisa Anda lakukan, salah satunya adalah dengan menggunakan Interaction Design di website/toko online Anda. Tapi apa sih sebetulnya si Interaction Design ini? Kenapa hal ini bisa ikut berperan dalam cuannya bisnis Anda? Kayak apa sih prinsip kerjanya? Okay, let’s talk about it then.
First of all, dalam digital marketing, membuat website yang desainnya menarik, aksesnya cepat dan navigasi-nya bikin (calon) pelanggan Anda nyaman itu penting banget. Kalau ketiga persyaratan tersebut udah terpenuhi, kemungkinan adanya bounce rate akan berkurang. Dengan begitu, Anda bisa memaksimalkan strategi digital marketing yang sedang diterapkan to turn every leads into conversion rate.
Dari ketiga faktor yang disebutkan di atas, kecepatan akses dan navigasi adalah elemen yang cukup general untuk ditangani. Anda tinggal memasukan hal-hal yang memang dibutuhkan dalam website aja dan membuat alur yang to the point.
Masalahnya, kalau Anda terlalu banyak memasukan elemen-elemen aksen atau memberi alur yang bertele-tele, website Anda juga bakalan jadi berat dan bisa berujung pada akses yang lambat. Nah, dari situ, kemungkinan besar pelanggan Anda akan “mental” ke website lain dan bisnis Anda bakalan rugi.
Sementara untuk design yang menarik, Anda bisa menggunakan salah satu dari sekian banyak pilihan tema, kayak ya si Interaction Design ini.
Basically, interaction design adalah bagian dari payung besar UX yang bertujuan untuk nge-shape pengalaman yang lebih interaktif dari pelanggan saat berada di website dan menggunakan produk Anda. Tentunya design dengan modelan begini bakalan jauh lebih menarik, seru dan bikin pelanggan jadi makin betah untuk berlama-lama di website. Nggak percaya?
Coba sekarang bayangin kalau Anda lagi nyari suatu produk di search engine, nemu website-nya, Anda klik, dan ternyata UX desainnya ya standard aja. Di layar Anda langsung muncul produk yang dicari, terus ada pilihan “purchase now” kemudian Anda beli barangnya, terus udah, deh. Ketertarikan Anda untuk berselancar dan nyari barang-barang lain di website itu juga mungkin nggak akan segitunya lagi setelah kebutuhan utama Anda terpenuhi.
Beda ceritanya kalau Anda menemukan barang yang dicari di website dengan Interaction Design, di mana Anda akan mendapatkan pengalaman yang lebih interaktif dan juga tampilan visual yang lebih memanjakan mata. Unconsciously, design seperti itu pasti bakalan bikin Anda lebih tertarik untuk terus berada di dalamnya, kan? Bisa jadi Anda malah keterusan belanja dan tanpa sadar keranjang belanja penuh lalu langsung checkout tanpa perlu pikir panjang.
Dengan contoh ilustrasi di atas, kebayang kan gimana penggunaan Interaction Design bisa ningkatin persentase dari conversion rate Anda?
Nah, sebelum mulai menerapkannya di website Anda, ada 7 prinsip dasar dari design ini yang, menurut XD Ideas, harus dipahami dan dipenuhi terlebih dahulu supaya penerapannya bisa maksimal dan bikin bisnis Anda makin cuan, nih.
Maksudnya gimana, tuh? Well, design yang dibuat nantinya harus diprioritaskan untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh pelanggan, sehingga bisa memberikan solusi dan memenuhi kebutuhan mereka. (After all, that’s all they want, right?)
Ini juga salah satu persyaratan utama dari Interaction Design: design pada website/produk yang dibuat harus bermanfaat dan bisa digunakan dengan mudah. Yang dimaksud dengan produk yang bermanfaat di sini adalah:
Seberapa mudah orang bisa memahami dan mengoperasikan website/menggunakan produk Anda.
Seberapa cepat orang bisa melakukan sebuah task dalam website tersebut.
Seberapa sering orang melakukan kesalahan pada saat mereka berinteraksi dengan website Anda.
Seberapa cepat orang tersebut menemukan kembali cara yang seharusnya digunakan dalam berinteraksi dengan website Anda.
Terkait keempat hal ini, Anda bisa coba melakukan user testing untuk mengetahui apakah hal-hal tersebut udah terpenuhi atau belum. Kalau ternyata belum, ya tentunya ada beberapa hal yang harus dievaluasi ulang.
Dalam hal ini, design dari produk yang dibuat harus menerapkan prinsip fisiologis, kayak yang disampaikan oleh Paul Fitts dalam Fitts’ Law-nya, di mana hal tersebut juga masih banyak digunakan sebagai panduan dalam UX Designing sampai hari ini.
Selain membuat tampilan visual jadi lebih menarik, tugas lain dari Interaction Design adalah untuk memberikan respon emosional yang positif dari penggunanya. Jadi, unsur-unsur yang bisa memicu hal tersebut, semacam palet warna, jenis font dan animasi yang digunakan, juga harus diperhatikan saat membuat design ini.
Keren, bagus atau rapih itu subjektif dan kembali ke referensi masing-masing. Belum tentu yang menurut Anda keren, menurut orang lain juga begitu. Sama halnya dengan Interaction Design. Design yang dibuat di sini harus user-oriented, or at least, disesuaikan dengan selera mereka. Nah, supaya bisa dapet gambaran kaya gimana selera mereka, Anda bisa cari jawabannya lewat user persona, tuh.
Kayak yang udah dibahas di poin pertama, tujuan dari Interaction Design adalah memberikan solusi yang dibutuhkan oleh penggunanya, sesuai dengan konteks penggunaan. Nah, cara yang bisa digunakan untuk memberikan solusi tersebut adalah dengan menggunakan pola design. Dari situ, kalau memang masih ditemukan beberapa masalah dalam penggunaan website Anda, Anda bisa memperbaiki atau memodifikasinya dari pola-pola design yang udah ada sebelumnya, kemudian dikembangkan lagi.
Mungkin ada banyak solusi yang bisa ditawarkan melalui Interaction Design yang digunakan oleh website Anda. Tapi gimana caranya supaya tau mana solusi yang terbaik untuk para penggunanya? Yep, Anda bisa kasih tunjuk website yang Anda bikin tersebut ke teman Anda sebelum di-publish, kemudian tanyakan kendala-kendala yang dihadapi saat berinteraksi dengan website itu.
Kalau nggak ada masalah, it means the website is already well-designed. Tapi kalau ternyata masih banyak problemnya, artinya Anda masih harus melakukan iterasi untuk kemudian memperbaiki problem-problem tersebut.
Setelah memahami prinsip dasar dari Interaction Design, Anda bisa lanjut ke langkah berikutnya untuk mulai bikin “kerangka” dari design ini, supaya nanti lebih mudah waktu mau diaplikasikan ke dalam website-nya.
Nah, kalau menurut Gillian Crampton Smith, ada 4 dimensi dari bahasa Interaction Design yang kudu jadi pedoman utama dalam pembuatan kerangkanya.
Words are powerful. Maka dari itu, kata-kata yang digunakan dalam design ini harus mudah diinterpretasikan, tapi juga harus tetap merepresentasikan brand image Anda. Selain itu, terminologi yang digunakan pun harus relevan dengan target audience Anda, mewakilkan behavior dan lifestyle mereka, disampaikan dengan nada yang sesuai, dan yang paling penting, bahasa tersebut harus digunakan secara konsisten saat berinteraksi dengan mereka, baik melalui Interaction Design dalam website Anda maupun platform lainnya.
Dimensi yang satu ini mengacu pada elemen-elemen yang bukan berupa kata-kata yang disajikan melalui Interaction Design, kayak tipografi, diagram, icons, perbedaan warna foreground/background, borders and any other graphics. Untuk representasi visualnya sendiri, 2D mungkin udah jadi hal yang lumrah dalam design, di mana fungsi utamanya adalah untuk memperkuat dan melengkapi kata-kata yang udah dipilih dari poin pertama tadi, supaya penyampaiannya bisa lebih tepat.
Bahasa yang ketiga ini lebih mengacu pada hardware/devices yang digunakan oleh user, seperti komputer dengan mouse dan keyboard, handphone dengan touchscreen, laptop dengan touchpad, dan lain sebagainya. Intinya, poin ini akan menentukan interaksi user dengan alat yang digunakan untuk mengakses si Interaction Design ini.
Therefore, ada baiknya kalau website Anda dibuat dengan pendekatan responsive web design, supaya dia bisa menyesuaikan tampilannya sesuai dengan “wadah” yang digunakan.
Selain ketiga hal di atas, elemen penting lainnya yang juga harus ada dalam Interaction Design adalah sound, motion picture (film, GIF, dll.), termasuk animasi, di mana hal-hal tersebut juga memiliki peran untuk menyampaikan informasi. Dengan adanya elemen-elemen tersebut, tentunya tampilan website Anda bakalan jadi lebih menarik dan bisa memberikan experience yang lebih seru untuk penggunanya. Jadi, mereka juga bisa menghabiskan waktu yang cukup lama saat berinteraksi dengan website Anda.
Yang perlu Anda perhatikan dan cari tau adalah alasan sebenarnya mengapa mereka bisa menghabiskan waktu yang lama dalam website Anda. Apakah karena mereka mendapatkan informasi yang mereka mau, milih-milih produk dan belanja, atau karena mereka kesulitan untuk mendapatkan itu? Again, kalau ternyata mereka mengalami kendala dalam suatu hal saat berada dan berinteraksi dengan website, artinya Anda harus iterasi lagi, tuh.
Untuk ngelengkapin bahasa pedoman Interaction Design dari Gillian Crampton Smith itu, Kevin Silver, Senior Interaction Designer di IDEXX Laboratories, nambahin 1 dimensi lagi, nih.
Behavior adalah konsep aksi-reaksi dari mekanisme interaksi user atas website atau produk Anda. Contohnya kayak waktu user berinteraksi dengan website Anda, kemudian muncul respon emosional yang positif dari mereka.
***
Dengan penjabaran di atas, mulai dari prinsip sampai 5 dimensi dari bahasa pedoman Interaction Design ini, makin kebayang kan gimana penerapannya bakalan nguntungin bisnis Anda by increasing the conversion rate, bahkan emotionally juga nguntungin user-nya karena mendapatkan tampilan visual yang keren dan relevan dengan mereka. Dan, ketika semua hal-hal tersebut berhasil Anda terapkan dengan baik, pasti digital marketing campaign strategy yang mau diterapkan pun bisa berjalan efisien.
Gimana? Getting more and more interested untuk menerapkan si Interaction Design ini di website Anda? Nggak usah khawatir, kalau Anda bingung gimana cara menggunakan atau menerapkannya di website Anda, langsung WA kami aja buat lanjut diskusi tentang design kayak apa yang paling relevan untuk disesuaikan dengan digital marketing strategy dari bisnis Anda. Dengan senang hati kami bakalan bantuin untuk cari solusinya!