Interested in what we do?
Let’s have a talk, and see how together we can take your brand to the next level.
Supaya bisa survive di tengah pandemi COVID-19, banyak perusahaan yang melakukan transformasi digital dengan mengadopsi remote working. But what’s next after the digital transformation?
Let’s face it, 2020 is a tough year. Apalagi jika Anda seorang business owner yang harus bertanggung jawab terhadap pegawai Anda dan memastikan perusahaan tetap bisa beroperasi di tengah pandemi, tahun ini pasti terasa sangat berat. Tapi jangan khawatir, Anda nggak sendirian kok. Sama seperti Anda, nggak sedikit perusahaan lain di luar sana juga saat ini sedang berjuang, termasuk kami di Definite. *group hugs*
Challenge terbesar yang dihadapi perusahaan di era pandemi COVID-19 ini adalah bagaimana conducting business dengan situasi sosial yang serba berjarak dan terbatas karena aturan physical dan social distancing.
And that’s where digital transformation comes to the rescue. Transformasi bisnis digital bisa dibilang cara paling efektif untuk ‘menjembatani jarak’ antara bisnis dengan audiens/customer Anda melalui pemanfaatan teknologi. Contohnya kayak penggunaan aplikasi online conference seperti Zoom atau Google Meet, yang selalu setia memfasilitasi kita untuk meeting bareng business partner.
Kalau menurut Pak Dimas Harya, Managing Director Definite, “dulu transformasi digital adalah strategi untuk unggul dari kompetisi. Sekarang sudah seperti nafas, kalau nggak dijalankan akan mati. Dan ini bukan lagi sekedar jargon, melainkan sudah menjadi cara kita melakukan business as usual.”
Indeed! Bahkan sadar-nggak sadar, most of perusahaan-perusahaan yang masih menjalankan bisnisnya sekarang ini sedang menerapkan transformasi digital juga.
But then, what?
Mengingat belum ada yang tahu pasti kapan pandemi ini berakhir, nggak ada salahnya kita melakukan antisipasi dengan beberapa cara ini, supaya bisnis kita nggak sekedar survive tapi menjadi a better company during and after the pandemic–istilahnya mencari room to grow to turn this COVID-19 pandemic into your favor gitu lah ya.
Belajar dari “tetangga” nggak ada salahnya kok. Malah bisa nambahin knowledge Anda juga.
Belajar dari pengalaman digital transformation perusahaan lain is a good way to start.
Pandemi membuat sebagian besar konsumen enggan untuk melakukan kegiatan di luar rumah atau mengunjungi tempat-tempat umum. Dan hal ini berdampak sangat signifikan pada industri kuliner dalam negeri. Data dari McKinsey and Company menunjukkan penurunan frekuensi aktivitas dine-in konsumen Indonesia yang mencapai 58%. Nggak heran kalau banyak cafe dan restoran yang terpaksa gulung tikar. But then, there are those who survive dengan strategi bisnis yang tepat sasaran dan pemanfaatan teknologi digital.
Jika Anda pengguna aplikasi online seperti Gojek dan Grab, Anda pasti familiar dengan kopi kemasan literan dan frozen food atau ready-to-heat meal yang sejak pandemi jadi semacam trend bisnis kekinian. Produk-produk ini sebenarnya merupakan strategi bisnis dari pengusaha kuliner, yaitu pemilik cafe dan restoran, untuk tetap dapat menjalankan usaha di saat pandemi dan reach out ke konsumen mereka yang stay di rumah.
Ambil contoh kedai kopi Janji Jiwa misalnya. Selain memasarkan produknya lewat ojol, brand ini memakai online marketplace lain seperti Shopee dan Tokopedia untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Janji Jiwa juga aktif meng-upload postingan di Instagram seperti konten promosi, komunitas, dan news untuk connect dengan audiens mereka. Nggak cuma itu aja, bulan lalu kedai kopi lokal ini juga resmi ngerilis mobile app yang diberi nama Jiwa+ untuk me-manage subscription dan ningkatin conversion rate mereka.
Postingan Instagram kedai kopi Janji Jiwa
In our case, digital transformation means putting effort into our digital presence. Sebelumnya, kami merasa nggak perlu menjadikan digital presence prioritas, karena mengandalkan referal dan networking untuk reach our new clients. Tapi karena pandemi, hal ini jadi nggak bisa lagi dilakukan.
“So we have to rethink our credentials and how we present them. Dulu kita mengandalkan presentasi face-to-face lebih dari bahan presentasinya. Sekarang kita bisa diminta kirim credential 5 per harinya, tanpa presentasi. Reshaping our business process, dari opportunity masuk sampai delivery pekerjaan semua berubah,” jelas Pak Dim.
Walaupun bisa dibilang kami punya upper hand karena sudah mengembangkan aset digital saat sebelum pandemi, kami tetap butuh melakukan banyak adjustment dalam proses digital transformation. Karena more than just a process, digital transformation is also about changing our work culture.
Setiap perusahaan pasti punya cara approach berbeda untuk digital transformation. Kami yakin Anda juga punya cerita transformasi digital dengan pendekatan yang unik a la perusahaan Anda. The point is not to brag, but to get you inspired. Membaca cerita bisnis lain atau bahkan kompetitor bisa membantu Anda menemukan inspirasi dan melihat apa saja approach atau strategies yang dapat di-improve di dalam bisnis Anda sendiri. Dan semakin banyak cerita yang Anda baca, semakin bijak Anda menghadapi situasi krisis ini.
“Pandemi kapan kelarnya yah?” a.k.a. pertanyaan yang ada di pikiran setiap orang. Sayangnya, jawaban di luar sana masih sama: nggak ada yang tahu pasti (insert crying emoji here). But one thing for sure, para researcher memprediksikan masa depan setelah pandemi atau the next normal akan dibentuk oleh teknologi digital. Forbes mem-publish sembilan jenis prediksi yang akan merubah pola hidup dan interaksi kita pasca pandemi. Dan kesembilan prediksi tersebut semuanya berkaitan dengan digital technology.
Masih berkaitan dengan digital transformation, hasil riset dari McKinsey and Company memperkirakan bahwa perusahaan yang bertindak cepat dan terbuka pada perubahan akan lebih cepat berkembang di masa depan saat pandemi mulai dapat diatasi. So the faster you act, the faster you recover, the more you can grow. Makanya, jangan ragu untuk selalu melakukan perbaikan, adjustment, atau improvement pada strategi digital Anda.
Analisa, prediksi, dan eksekusi itu penting banget buat nentuin jalannya bisnis Anda di kemudian hari.
Tapi, kembali lagi, hal ini hanya sekedar prediksi. Gimana masa depan perusahaan Anda pasca pandemi pastinya ditentukan oleh apa yang Anda lakukan saat ini. Yang paling penting, Anda mesti aware dengan prediksi di luar sana supaya dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi.
No one knows for sure what the future holds, but surely your attitude matters in shaping the future of your company. Mengutip penjelasan Pak Dim:
“Sadar nggak sih, semakin lama waktu yang kita habiskan di rumah, semakin aware kita dengan yang kurang-kurang dan perlu di-improve, misalnya cat tembok yang mulai mengelupas atau pajangan dinding yang nggak pas pada tempatnya. Sama halnya dengan perusahaan. Semakin lama perusahaan kita work from home, harusnya semakin notis kita terhadap sistem kerja yang kurang efisien dan perlu dibenahi. So at the end of the pandemic, ‘rumah’ kita bisa jadi tempat tinggal yang lebih baik dari sebelumnya.”
Intinya adalah selalu start dengan diri sendiri (perusahaan sendiri) dan selalu bersedia untuk melakukan iterasi atau perbaikan–just like when we are designing UX. Krisis akibat COVID-19 memang sulit dihadapi, tapi bukan berarti kita nggak bisa membalik keadaan. Dengan transformasi digital yang konsisten dan tepat sasaran, serta attitude yang mengarah pada self-improvement, kita bisa mengubah krisis menjadi katalis untuk mewujudkan bisnis yang resilien dan lebih baik dari sebelumnya. Always looking in, kalau kata Pak Dim.
Selalu iterasi dan cari celah untuk berkembang dalam menjalani bisnis, supaya nggak “skakmat” ketika terjadi perubahan situasi yang signifikan, kayak masa pandemi ini.
To sum up, dampak pandemi COVID-19 yang masif telah mengubah cara kita melakukan bisnis. Nggak ada yang tahu kapan pandemi berakhir, but we know that the future is digital. Setelah melakukan digital transformasi, 3 hal yang udah dibahas di atas bisa jadi your next things to do to grow your business.
With that in mind, Anda bisa juga cek artikel kami tentang perkembangan teknologi digital di kala pandemi untuk menambah inspirasi. Atau, jika Anda punya pertanyaan dan belum yakin dengan strategi dan transformasi bisnis digital Anda, Kami siap membantu Anda menemukan jawabannya! :)
Credits:
Resource:
Dimas Harya, Managing Director Definite
Writer:
Andini Amalia